Tuesday, August 16, 2016

Laporan Utama Ketiga-1984-BigBrother-WikileaksnPRISM


KEDAULATAN DATA & INTERNET RI

1984: Big Brother, Wikileaks & PRISM



Data Mining dan Analytics kini menggunakan teknologi canggih seperti yang dilakukan oleh proyek PRISM dengan teknologi Big Data dari sumber data Satelit, Smartphone, bahkan voluntarily melalui Sosial Media dan permainan Game.


1984 GEORGE ORWELL – THE BIG BROTHER IS WATCHING YOU
Uniknya, semua proses data mining, penyadapan, intersepsi sudah diprediksi secara terperinci dan seperti nyata dalam novel fiksi judul ‘1984’ yang ditulis oleh George Orwell futurist pada 1949 di Ingris Raya (UK) dan Orwell dapat meramalkan semua ini seperti Internet, Penyadapan, Big Data Analytics dan Mining, Monitor CCTV ketika teknologi telepon saja belum ada 4 tahun setelah RI merdeka dan Orwel memprediksi akan terjadi pada 1984.
Namun 1984 baru awal kelahiran dan mendunianya IBM PC Desktop dan Proyek DARPA masih dalam tahap proyek rahasia Kementrian Pertahanan (DoD) pada tahun 1969. Apakah DoD AS terinspirasi oleh masyarakat Orwellian dan menjadi buku wajib yang dibaca oleh penulis pada pelajaran sastra ingris di Highschool di benua AS serta 1984 menjadi pertunjukan teater pouler jika berkunjung ke London, UK. Itulah alasan masyarakat Orwellian menggunakan istilah Big Brother (Surveilance Institusi), Telescreen (CCTV), Thought crime, Newspeak (Brainwash) menjadi icon ketika bicara Data Privacy, Data Mining dan Analytics hingga Surveilance.

Semua ini nampaknya hanya sebuah fiksi dan konspirasi teori belaka karena memang ditutup rapi oleh Pemerintah. Namun Edward Snowden, sebelumnya Julian Assange mendisrupsi dan membocorkan semua rahasia Pentagon, NSA dan Government Communication Headquarter (GCHQ), di UK. Menurut Paolo Gerbaudo, Profesor Digital Culture & Society di King College, London bahwa Skenario program PRISM dari NSA yang melakukan data mining menyadap komunikasi jaringan Telekom dunia dan Satelit, serta ditenggarai dari social media seperti Facebook, Google, Twitter dan Youtube, serta game seperti Angry Bird dan game Augmented reality (AR) memanfaatkan GPS yang kini sangat populer.
Banyak aktivis melawan totalitarian, anti privacy merasakan ketakutan (nightmare) dari skenario dari 1984 sehingga menjadi pertunjukan terkenal dan ironis di Playhouse Theater di kota London, karena berakhir dengan kekalahan masyarakat dunia melawan Big Brother, Pemerintah totalitarian dan penuh rahasia.


WIKILEAKS – DARI JARINGAN PENTAGON SIPRNET HINGGA KAWAT DIPLOMATIK
Awalnya kisah dunia intelijen modern menggunakan Internet ini hanya kisah fiksi, namun menjadikan banyak masyarakat di dunia terkejut dan marah setelah mendengar dan melihat dokumen rahasia yang dibongkar oleh Snowden dan Assange sebagai whistleblower modern sepanjang masa.
Sumber berita yang kontroversial di Wikileaks bersumber dari Bradley Manning, Kopral AD AS yang bertugas di Bagdad yang membocorkan rahasia militer AS, 91,000 dokumen perang Afghanistan; 392,000 dokumen perang Irak, 779 dokumen dari penjara Guantanamo Pentagon dan 251,000 dokumen memoranda State Department AS (Kementrian Luar Negeri) dengan banyak Kepala Negara komunikasi dengan Kepala Negara dunia, serta kedutaan di manca negara, dikenal dengan Cable Gate.
Semua pembocoran ini menjadi sebuah skandal terbesar Public Disclosure dari materi rahasia (classified) AS. Manifesto Wikileaks ditulis Assange dengan judul “Crypto-Anarchist Manifesto” dan blog “Conspiracy as Governance” mengenai authorritarian konspirasi.
Bayangkan Manning hanya seorang Kopral AD kebetulan bertugas menjaga peralatan komputer di pos militer di Baghdad, Irak dan memiliki akses ke jaringan Pentagon dan militer, SIPRNet yang tidak memiliki hubungan ke Internet, namun Manning membawa keluar dalam CD Lady Gaga. Julian Assange dianggap lebih berbahaya dari teroris 9/11 oleh Sarah Palin, Capres AS dan Wakil Presiden Joe Biden.
Senator Lieberman perintahkan Amazon memblokir Wikileaks Web Server di Switzerland dan perusahaan EveryDNS diminta blokir wikileaks.org menjadi yang lain seperti wikileaks.de. Paypal, Visa dan Mastercard menyusul mengisolasi rekening yang terlibat karena ada red notice dari Interpol. Untuk menjaga anonimitas, Wikileak menggunakan TOR Hidden Service yang sangat aman, sebelumnya dengan Open SSL (Secure Socket Layer). TOR pun dibuat oleh Nick Mathewson dengan dana dari Navy Research Lab (NRL) dan DARPA, namun anonimitas sepertinya dijaga oleh pengembang TOR dan mulai beroperasi 2004 dengan beberapa mode relay dari konsep awal Onion Routing oleh Syverson.
Sebelumnya pembocoran rahasia yang tergolong besar dilakukan oleh Daniel Ellsberg, military analyst yang membocorkan Pentagon Paper ke New York times pada tahun 1969 hingga 1971. Bradley hanya berpangkat Kopral, sedangkan Ellsberg lulusan Harvard yang dekat dengan Secretary of State, Henry Kissinger dan memiliki security clearance yang tinggi dan berada di inner circle Washington.


PROGRAM MATA MATA PRISM DARI NSA
Edward Snowden juga whistleblower yang membocorkan dokumen dan data rahasia NSA dan Pemerintah AS sebagai karyawan kontraktor NSA salah satunya Booz Allen Hamilton (BAH). Menurut portal the Guardian justru Snowden mendapatkan akses ke semua mesin, terutama dari Tiongkok darat, sebagai 'ghost user'yang di hack oleh NSA, ketika diwawancarai oleh South China Morning Post.
Banyak dokumen diretas dan diunduh kedalam thumb drives yang semestinya dilarang, namun dilakukan pada malam hari. Keterlibatan NSA mengumpulkan puluhan juta telepon record penduduk AS dari perusahaan telkom Verizon juga intersepsi data dari banyak server dari 9 perusahaan OTT seperti Facebook, Google, Microsoft, Yahoo dll melalui program surveillance PRISM.
Dari dua whistleblower diatas yaitu Assange dan Snowden, maka banyak data mining dan analytics yang dilakukan oleh instansi intelijen terutama di negara-negara superpower melalui program penyadapan atau memaksa perusahaan OTT untuk sharing data informasi profile penggunanya, bahkan analytics dapat dilakukan dari tracking dan navigasi data GPS dari satelit GPS yang dimiliki oleh AS.
Ke depan akses data user profil dan lokasi dapat dilakukan dengan cara yang entertaining atau menyenangkan misalnya melalui: 1. Social Media ie: Facebook; 2. Augmented Reality Game ie: Pokemon Go, Angry Bird; 3. Online Transactions ie: Ecommerce, Arline Ticketing. Etc.(RR)


Artikel lebih lengkap dan laporan lainnya yang tidak kalau menarik... dapat diperoleh di edisi cetak No 05/2016 Edisi HUT RI Agt-Sep 2016. Merdeka !


Laporan Utama Kedua-Geopolitik AS-DARPA-Internet-BigData


GEOPOLITIK & STRATEGI AS

Proyek DARPA Internet & Big Data

INTERNET PROYEK RAKSASA KEMENTRIAN PERTAHANAN AS
Tiongkok pada era 1990 diam-diam segera mengejar ketertinggalannya dengan membangun OTT serta satelit GPS setelah sadar atas ketertinggalannya selama 20-30 tahun dibandingkan Amerika Serikat (AS) sebagai pencipta Cyberspace pada 1969 era lahirnya Internet yang awalnya disebut ARPANET oleh ARPA (Advanced Research Project Agency) bagian dari riset Kementrian Pertahanan AS. Vin Cerf dan Bob Kahn dari ARPA segera membangun protocol TCP (Transmission Control Protocol) dan IP (Internet Protocol) sebagai dasar komunikasi Internet global termasuk rancangan IP Paket Data atau IP Data Gram. AS sangat visionary dan berani membiayai proyek raksasa Network of Network terbesar didunia ini dari awalnya lebih dari empat dekade yang lalu. Sehingga semua root DNS (Domain Name Systems), Backbone Internet semua ada dijuridiksi AS dan akan dipertahankan meskipun perdebatan sengit di ITU, IETF dan Internet Governance Forum soal Privacy dan Keamanan Global.
Bahkan seluruh Global Positioning System dan Navigasi di seluruh dunia diluar Tiongkok, Rusia dan EU harus tunduk pada system GPS AS. Itulah akibat dari terlenanya dan tertinggalnya Negara Negara Berkembang untuk membangun masa depan. Kedepan akan ada tiga Negara raksasa Global yaitu AS, Tiongkok dan Rusia dengan teknologi Big Brother menguasai Big Data, Telekomunikasi, Navigasi & Tracking, terutama AS.
Ketika Pemerintah Tiongkok nyaris sudah meyiapkan produk produk OTT, Satelit GPS Beidou nya secara mandiri menggantikan produk OTT Global seperti Google, GPS, Paypal, Facebook, Twitter, Youtube, Amazon), namun seribu sayang berbeda dengan di Indonesia, dimana OTT Global sudah mendarah daging digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama generasi Milenial, sehingga sulit untuk digantikan dengan OTT Nasional. Indonesia harus menggunakan strategi yang sangat berbeda dengan Tiongkok.
Di AS Internet awalnya dibangun oleh DARPA sehingga backbone maupun root DNSnya berakar di AS dan hingga kini AS tetap mempertahankan Global root DNS Server dan backbone Internet tetap berada di AS, apalagi banyak perusahaan global sosial media seperti Facebook, Google dll., yang melakukan big data mining adalah perusahaan AS. 


AS memiliki visi yang sangat visioner dengan berani membangun Internet untuk kebutuhan seluruh dunia tanpa batas, tentu dengan biaya yang sangat besar, sama dengan teknologi GPS yang juga dibangun oleh AS secara Mandiri yang tentu juga membutuhkan dana yang luar biasa karena harus ditunjang oleh ratusan satelit yang mengorbit dan stasiun bumi di seluruh bagian dari bola dunia.
Kedaulatan adalah alasan Tiongkok tidak mau menggunakan OTT Global yang AS sentris, karena secara otomatis perusahaan OTT Global ini dapat melakukan data mining dari data yang dimiliki. Ini semua diatas sudah bukan rahasia atau teori konspirasi, namun sudah dikupas tuntas oleh whistleblowers Edward Snowden, staff subkontraktor NSA (National Security Agency) dan Wikileaks Julian Assange.
TPP (Transpacific Partnership) adalah salah satu usaha AS lanjutan setelah me-liberalisasi data melalui pembangunan jaringan Internet Global dan Globalisasi perdagangan membuka pasar Global via WTO. Maka strategi untuk lebih meliberalisasi data, Internet di semua industri di kawasan Pacific, termasuk Indonesia dengan mendorong TPP dikawasan Pasifik untuk semua komoditas, setelah sukses dengan ITA (Information Technology Aggrement) khusus untuk produk IT, seperti Komputer pada ITA pertama.
Indonesia beberapa negara pionir yang menandatangani ITA pertama 1990 an. Dampak ITA pertama ini menyebabkan penetrasi PC meningkat tinggi, untuk mewujudkan penetrasi dan disrupsi berikutnya yaitu Internet. Namun karena sifat ITA pertama yang liberal dan satu arah, maka tidak mendorong penetrasi PC rakitan dalam negeri PC, saat masuknya IBM PC 1982, sedangkan yang Berjaya adalah produk PC merek Global.
Video Conference Mastel @US Embassy dengan Washington


MENJAGA KEDAULATAN SETELAH 71 TAHUN MERDEKA
Membaca artikel ini, maka Indonesia sudah terlambat dua dekade untuk meniru cara Tiongkok, apalagi AS dalam mendapatkan kemandirian, kedaulatan data, Internet melalui proteksi Internet firewall dan membangun semua perusahaan OTT, Social Media Dalam Negeri serta Tiongkok berhasil memblokir semua OTT Global dan membatasi ecommerce global masuk. Tiongkok pun sudah terlambat dua dekade lebih dari AS sebagai pencipta teknologi Big Brother; Internet; GPS; TOR, namun masih sempat bangkit, kejar dan membangun total kemandirian dan kedaulatan Data, Internet dan Ekonomi setara dengan penciptanya AS. Bagaimana dengan Indonesia yang sudah 71 tahun merdeka?
Yang dapat dilakukan oleh RI adalah mempertahankan kebijakan kebijakan yang meningkatkan kedaulatan dan National Interest seperti: UU ITE No 11/2008 dengan turunannya PP 82/ 2012 yang memiliki nasional interest yang sangat tinggi seperti keharusan pembangunan Data Center didalam negeri; Sertifikasi Software, Hardware dan Sistem oleh regulator Nasional serta penggunaan SDM Nasional.
Indonesia tidak mungkin dalam waktu dekat meluncurkan dan membangun satelit sendiri; peralatan telekomunikasi dan gadgetnya sendiri, namun berusaha meningkatkan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) untuk DNA (Device, Network dan Aplikasi) sehingga suatu saat menjadi mandiri dan membangun peralatan ICT strategis di dalam negeri.
Sosialisasi dan Edukasi kepada Masyarakat Pengguna Teknologi Sosmed; Gadget Smartphone, Komputer hingga Tablet dan GPS agar waspada bahwa teknologi Big Brother untuk data mining dan data analytics ada dalam setiap gadget sehingga sebaiknya berhati-hati. Koperasi KDIM yang dibangun Mastel dan APJII dapat mengawali tugas strategis ini menjaga kedaulatan bangsa dan ekonomi dengan membangun industri DNA.
Prakarsa ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluruh indonesia) bersama Kementrian Kominfo seharusnya dilanjutkan untuk mendorong OTT Nasional agar suatu saat dapat meniru Tiongkok memberdayakan semua Sosmed dan aplikasi nasional meningkatkan kemandrian, ketahanan nasional menghadapi data mining oleh asing dengan teknologi Big Brother (lihat artikel Big Brother). MERDEKA! 
 

 

Laporan Utama Pertama:GeoPolitik Kedaulatan Data dan Bangsa


GEOPOLITIK & STRATEGI GLOBAL

Proxy Great Wall China


Sebuah kumpulan artikel kajian yang disusun oleh tim editor Komite.ID bersama komunitas Telematika, APJII, Koperasi KDIM dan beberapa pakar narasumber edisi Agustus ini melihat fenomena disrupsi digital ekonomi terkait kedaulatan dan ketahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI (Republik Indonesia) ke 71 dengan tema “Kedaulatan dan Ketahanan Data, Internet, Ekonomi RI".
Pertanyaan riset yang kemudian timbul: 
Apakah WNI (Warga Negara Indonesia) dan Negara masih memiliki Kedaulatan dan masih dapat menjaga ketahanan disektor Telematika dan ekonomi dengan disrupsi Teknologi & Ekonomi Digital serta Globalisasi setelah 71 tahun Merdeka?

Data menjadi komoditas masa depan atau 'the next strategic commodity, oil' ujar Gerd Leonhard, futurist/visionary Swiss di CommunicAsia 2016 dan Internet merupakan sarana komunikasi data yang semakin strategis bagi masyarakat Telematika RI di masa depan, serta menjadi platform pertumbuhan data global. Dengan meningkatnya Disrupsi Teknologi Informasi, Pengguna Internet Global melonjak mencapai 3.011 miliar (42%) dari 7.21 miliar manusia di dunia (2015) atau satu dari tiga manusia di dunia yang terkoneksi Internet dan terdata. 
 
Menjadikan banyak sosmed (sosial media) OTT (Over the Top) yang memiliki pengguna diatas 1 Miliar seperti Facebook 1.5 miliar, Whatsapp 1 miliar menyebabkan semakin cepatnya pertumbuhan big data, dimana 90% data yang terkumpul di dunia berasal dari era 2 tahun terakhir dan menjadi komoditas strategis intelijen dan data mining oleh Big Brother Korporasi Sosial Media pengganti minyak bumi.

Di Indonesia penetrasi Smartphone, Internet dan Social Media sudah diatas 40% dan jumlah ponsel sudah diatas 100%, sehingga fenomena data mining, clouds, 
big data dan privacy sudah ada dilingkungan kita, terutama daerah urban, sub urban dan Generasi Milenial.
Perkembangan Trafik data global pun semakin eksponensial dengan meningkatnya jumlah Smartphone di dunia 3.65 miliar, lebih dari 51% (2015), artinya kalau dirata-rata satu di antara dua manusia di bumi menggunakan telepon seluler dan manusia semakin termonitor oleh Big Brother operator dunia.
Disrupsi berikutnya ke depan adalah IOT (Internet of Things) dimana koneksi internet tidak saja dilakukan oleh manusia, namun sensor baik CCTV dilorong-lorong jalan, web cam baik di PC, Laptop, Tablet atau Smartphone, maupun yang ditanam di tubuh kita (wearable device), bahkan outdoor oleh GPS, satelit komunikasi, total mencapai 15 miliar device yang terhubung (wired) ke Internet tahun depan menurut Intel, meningkat 5 kali dari Pengguna Internet Global 2015, sehingga nyaris kita tidak tidak mungkin bersembunyi dari jaringan masif informasi digital dunia ini.
Hampir setiap ponsel, tablet dilengkapi dengan chipset GPS, sehingga tidurpun anda ditracking oleh geopositioning satelit.
Ingin bukti, coba saja ambil foto dengan ponsel anda, maka lokasi anda kemungkinan sudah di tag di metadata foto anda, serta dibelakang layar teknologi big brother, face recognition bisa saja bekerja melakukan data mining dan analytics, tanpa harus secara sukarela diupload di Facebook.
Sedangkan menurut studi Gatner mencapai 26 miliar (2020) koneksi Internet, setara 300% dari populasi manusia di bumi.
Drone siap diluncurkan menggunakan teknologi augmented reality seperti console online game, jika ditenggarai mengganggu keamanan dan berpotensi menimbulkan teror global kemanusiaan. Selamat datang di era Cyberwar perang Big Brother di medan augmented virtual reality dan data mining global.

STRATEGI GREAT FIREWALL CHINA JAGA KEDAULATAN NEGARANYA.
Seperti yang dilakukan Amerika, Tiongkok mulai sadar dan berpikir jauh ke depan pada era 1990an, dengan strategi copycat (meniru) untuk melindungi kedaulatan Data, Internet Ekonomi Digital dan Warga Tiongkok dengan membangun firewall, Great FireWall China melalui Golden Shield Project untuk  membatasi/filter akses data oleh asing melalui Internet (Internet Censorship). 
Dari semenjak dua dekade yang lalu Tiongkok mengejar AS untuk segera  membangun semua Over The Top (OTT) aplikasi. Sosial media Renren (Facebook ala Tiongkok dengan 150 juta pengguna), Tencent or Sina Weibo (Microblog, Twitter ala Tiongkok dengan 22 % penetrasi), Tencent QQ atau Wechat (Instant Messaging dengan 100 juta pemakai), Douban (Myspace dengan 80 juta pengguna), Diandian (Tumblr ala Tiongkok), Youku Tudou (Youtube ala Tiongkok) berusaha agar tidak tergantung pada OTT Global sejak dini dan dimulai ketika masih pada tahap dini, sehingga tidak menimbulkan dampak pada masyarakat Tiongkok, seperti halnya di Indonesia.
Baidu  (Search Engine untuk 740 juta website, 80 juta image dan 10 juta multimedia seperti audio dengan pangsa pasar 56.5% pengguna Internet Tiongkok).

     Pada 1999, Tiongkok melalui Alibaba pun sadar ketertinggalannya dan membangun kedaulatan ekonomi dan pasar dengan B2B Ecomerce. Pada 2003 membangun versi C2C (eMarket Place) Taobao, Taobao Mall B2C EmarketPlace dan system pembayarannya Alipay (Paypal versi Tiongkok), perusahaan Fintech (Financial technology) dan meniru Amazon Cloud membangun Alibaba Cloud Computing Company (2008).  Apakah Tiongkok sukses membangun kedaulatan ekonomi dan pasar? Bayangkan, Penjualan Alibaba memcapai $ 170 Miliar (2012) sudah mengkerdilkan Amazon dengan omset $ 74.4 miliar (2013) sedangkan Ebay $ 16 milar (2013) atau hanya sepuluh persen omset Alibaba. Alibaba melayani 300 juta dari 1.4 miliar penduduk Tiongkok dengan 25,000 pegawainya, sedangkan Amazon melayani 327 juta masyarakat AS, sedangkan ecommerce di India melayani 1.2 miliar penduduk India. Perusahaan raksasa AS di ritel dan market place adalah Wall-Mart bekerjasama dengan JD.com (Jindong Mall) di Tiongkok untuk bersaing dengan Alibaba.
Di angkasa, system navigasi global dan satelit pun Tiongkok tidak mau kehilangan kedaulatan dan tergantung pada system GPS AS dengan membangun BeiDou Navigation Satellite System (BDS) memanfaatkan 2 satelit yang diluncurkan sendiri sejak 2000 menjadi full scale global navigation systems yang berdaulat bebas dari kekuatan teknologi GPS dan System Navigasi AS.
Tiongkok selalu meluncurkan dan membuat satelitnya sendiri.Sehingga ditenggarai Tiongkok berani menantang AS di Laut Cina Selatan (LCS), karena Tiongkok berdaulat dan bebas dari teknologi Big Brother, sistem satelit komunikasi, navigasi dan sistem posisi global(Geo positioning System GPS) lawannya. Seandainya Tiongkok tidak memiliki BeiDou dan OTT dikuasai AS, maka AS dapat saja mematikan atau melakukan jamming GPS nya sehingga pesawat tempur dan kapal Tiongkok tidak dapat melakukan patroli dan navigasi di LCS. Selamat datang di era disrupsi CyberWarfare, perang Cyberspace, era Big Brother dan Big Data. (RR)

<==

Artikel lebih lengkap dan laporan lainnya yang tidak kalau menarik... dapat diperoleh di edisi cetak No 05/2016 Edisi HUT RI Agt-Sep 2016

Merdeka !

<==