GEOPOLITIK
& STRATEGI AS
Proyek
DARPA
Internet
& Big Data
INTERNET
PROYEK RAKSASA KEMENTRIAN PERTAHANAN AS
Tiongkok
pada era 1990 diam-diam segera mengejar ketertinggalannya dengan
membangun OTT serta satelit GPS setelah sadar atas ketertinggalannya
selama 20-30 tahun dibandingkan Amerika Serikat (AS) sebagai
pencipta Cyberspace pada 1969 era lahirnya Internet yang awalnya
disebut ARPANET oleh ARPA (Advanced Research Project Agency) bagian
dari riset Kementrian Pertahanan AS. Vin Cerf dan Bob Kahn dari ARPA
segera membangun protocol TCP (Transmission Control Protocol) dan IP
(Internet Protocol) sebagai dasar komunikasi Internet global termasuk
rancangan IP Paket Data atau IP Data Gram. AS sangat visionary dan
berani membiayai proyek raksasa Network of Network terbesar didunia
ini dari awalnya lebih dari empat dekade yang lalu. Sehingga semua
root DNS (Domain Name Systems), Backbone Internet semua ada
dijuridiksi AS dan akan dipertahankan meskipun perdebatan sengit di
ITU, IETF dan Internet Governance Forum soal Privacy dan Keamanan
Global.
Bahkan
seluruh Global Positioning System dan Navigasi di seluruh dunia
diluar Tiongkok, Rusia dan EU harus tunduk pada system GPS AS. Itulah
akibat dari terlenanya dan tertinggalnya Negara Negara Berkembang
untuk membangun masa depan. Kedepan akan ada tiga Negara raksasa
Global yaitu AS, Tiongkok dan Rusia dengan teknologi Big Brother
menguasai Big Data, Telekomunikasi, Navigasi & Tracking, terutama
AS.
Ketika
Pemerintah Tiongkok nyaris sudah meyiapkan produk produk OTT, Satelit
GPS Beidou nya secara mandiri menggantikan produk OTT Global seperti
Google, GPS, Paypal, Facebook, Twitter, Youtube, Amazon), namun
seribu sayang berbeda dengan di Indonesia, dimana OTT Global sudah
mendarah daging digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama generasi
Milenial, sehingga sulit untuk digantikan dengan OTT Nasional.
Indonesia harus menggunakan strategi yang sangat berbeda dengan
Tiongkok.
Di
AS Internet awalnya dibangun oleh DARPA sehingga backbone maupun root
DNSnya berakar di AS dan hingga kini AS tetap mempertahankan Global
root DNS Server dan backbone Internet tetap berada di AS, apalagi
banyak perusahaan global sosial media seperti Facebook, Google dll.,
yang melakukan big data mining adalah perusahaan AS.
AS
memiliki visi yang sangat visioner dengan berani membangun Internet
untuk kebutuhan seluruh dunia tanpa batas, tentu dengan biaya yang
sangat besar, sama dengan teknologi GPS yang juga dibangun oleh AS
secara Mandiri yang tentu juga membutuhkan dana yang luar biasa
karena harus ditunjang oleh ratusan satelit yang mengorbit dan
stasiun bumi di seluruh bagian dari bola dunia.
Kedaulatan
adalah alasan Tiongkok tidak mau menggunakan OTT Global yang AS
sentris, karena secara otomatis perusahaan OTT Global ini dapat
melakukan data mining dari data yang dimiliki. Ini semua diatas sudah
bukan rahasia atau teori konspirasi, namun sudah dikupas tuntas oleh
whistleblowers Edward Snowden, staff subkontraktor NSA (National
Security Agency) dan Wikileaks Julian Assange.
TPP
(Transpacific Partnership) adalah salah satu usaha AS lanjutan
setelah me-liberalisasi data melalui pembangunan jaringan Internet
Global dan Globalisasi perdagangan membuka pasar Global via WTO.
Maka strategi untuk lebih meliberalisasi data, Internet di semua
industri di kawasan Pacific, termasuk Indonesia dengan mendorong TPP
dikawasan Pasifik untuk semua komoditas, setelah sukses dengan ITA
(Information Technology Aggrement) khusus untuk produk IT, seperti
Komputer pada ITA pertama.
Indonesia
beberapa negara pionir yang menandatangani ITA pertama 1990 an.
Dampak ITA pertama ini menyebabkan penetrasi PC meningkat tinggi,
untuk mewujudkan penetrasi dan disrupsi berikutnya yaitu Internet.
Namun karena sifat ITA pertama yang liberal dan satu arah, maka tidak
mendorong penetrasi PC rakitan dalam negeri PC, saat masuknya IBM PC
1982, sedangkan yang Berjaya adalah produk PC merek Global.
Video Conference Mastel @US Embassy dengan Washington |
MENJAGA
KEDAULATAN SETELAH 71 TAHUN MERDEKA
Membaca
artikel ini, maka Indonesia sudah terlambat dua dekade untuk meniru
cara Tiongkok, apalagi AS dalam mendapatkan kemandirian, kedaulatan
data, Internet melalui proteksi Internet firewall dan membangun semua
perusahaan OTT, Social Media Dalam Negeri serta Tiongkok berhasil
memblokir semua OTT Global dan membatasi ecommerce global masuk.
Tiongkok pun sudah terlambat dua dekade lebih dari AS sebagai
pencipta teknologi Big Brother; Internet; GPS; TOR, namun masih
sempat bangkit, kejar dan membangun total kemandirian dan kedaulatan
Data, Internet dan Ekonomi setara dengan penciptanya AS. Bagaimana
dengan Indonesia yang sudah 71 tahun merdeka?
Yang
dapat dilakukan oleh RI adalah mempertahankan kebijakan kebijakan
yang meningkatkan kedaulatan dan National Interest seperti: UU ITE No
11/2008 dengan turunannya PP 82/ 2012 yang memiliki nasional interest
yang sangat tinggi seperti keharusan pembangunan Data Center didalam
negeri; Sertifikasi Software, Hardware dan Sistem oleh regulator
Nasional serta penggunaan SDM Nasional.
Indonesia
tidak mungkin dalam waktu dekat meluncurkan dan membangun satelit
sendiri; peralatan telekomunikasi dan gadgetnya sendiri, namun
berusaha meningkatkan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) untuk DNA
(Device, Network dan Aplikasi) sehingga suatu saat menjadi mandiri
dan membangun peralatan ICT strategis di dalam negeri.
Sosialisasi
dan Edukasi kepada Masyarakat Pengguna Teknologi Sosmed; Gadget
Smartphone, Komputer hingga Tablet dan GPS agar waspada bahwa
teknologi Big Brother untuk data mining dan data analytics ada dalam
setiap gadget sehingga sebaiknya berhati-hati. Koperasi KDIM yang
dibangun Mastel dan APJII dapat mengawali tugas strategis ini menjaga
kedaulatan bangsa dan ekonomi dengan membangun industri DNA.
Prakarsa
ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Seluruh indonesia) bersama Kementrian
Kominfo seharusnya dilanjutkan untuk mendorong OTT Nasional agar
suatu saat dapat meniru Tiongkok memberdayakan semua Sosmed dan
aplikasi nasional meningkatkan kemandrian, ketahanan nasional
menghadapi data mining oleh asing dengan teknologi Big Brother (lihat
artikel Big Brother). MERDEKA!
No comments:
Post a Comment